KISAH
TIDAK DITERIMA KERJA KARENA KEBIASAAN MENGELUARKAN BAJU
By Cauchy
Murtopo on 9 April 2015
@https://cauchymurtopo.wordpress.com/2015/04/09/seberapa-pentingkah-siswa-harus-memasukkan-baju/
Kisah ini
semoga menjadi pembelajaran bagi guru maupun siswa betapa pentingnya siswa
harus memasukkan baju seragamnya. Kisah ini dari teman yang pandai, namun salah
satu kebiasaan buruknya sejak SMP tidak memasukkan baju seragam. Sebut saja YD,
YD hanya memasukkan baju jika sangat terpaksa, misal pada saat upaca bendera.
Jika sudah selesai upacara bendera baju dikeluarkan lagi. Di dalam kelas baju
juga selalu dikeluarkan. Sampai mahasiswa YD juga tak pernah memasukkan
bajunya.
YD sebenarnya
siswa yang sangat beruntung bisa masuk ke sebuah universitas terkenal di salah
satu kota di Jawa. YD juga termasuk mahasiswa yang lulus dengan IPK yang bagus,
di atas 3 dengan waktu studi yang kurang dari 4 tahun.
Suatu saat YD
melamar ke sebuah perusahaan terkenal yang sejak sekolah ia incar untuk bekerja
di situ. Saking penginnya kerja di perusahaan tersebut, YD rela membeli
beberapa pedoman tes supaya ia diterima kerja. Buku tentang psikotes dan
pedoman wawancara adalah buku yang ia beli. Untuk masalah tes bidang teknik
sudah tidak diragukan lagi.
YD melamar
beserta sekitar 600 orang lain yang menginginkan posisis di 5 bagian penting di
perusahaan tersebut. Dari posisi tersebut yang dibutuhkan adalah lulusan
teknik, MIPA, ekonomi, dan statistik. YD sangat yakin jika dirinya bakal
diterima. Untuk itu ia mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.
Dari seleksi
administrasi YD lolos. Untuk tes tertulis, YD masuk pada peringkat pertama dari
20. Ini artinya kemampuan koknitif YD sangat bagus. Pada saat tes tertulis, YD
tidak memasukkan bajunya. Baginya ini bukan saat yang menentukan diterima atau
tidak diterima, jadi YD cuek saja.
Pada tes
tertulis diambil 20 orang saja untuk mengikuti tes wawancara. Tes wawancara
ditentukan tiga hari kemudian setelah pengumuman tes tertulis. YD mempersiapkan
dengan membaca-baca buku tentang pedoman wawancara kerja.
Pada hari
yang ditentukan, YD dipanggil untuk mengikuti tes wawancara. YD mendapat
giliran pertama sesuai dengan ranking tes tertulis pada posisi ranking satu.
Pada saat wawancara YD bisa menjawab semua pertanyaan dengan lancar. Pada saat
tes wawancara YD memasukkan bajunya. Tes wawancara sekitar 15 menit berada di
lantai dua. Selesai wawancara YD langsung mengeluarkan bajunya dan menuju
parkir motor yang ada di samping gedung tempat YD wawancara tadi.
Pada saat YD
berada di tempat parkir alangkah terkejutnya personalia yang baru saja
mewawancarai YD. Personalia melihat dari kaca jendela lantai dua tempat tes
wawancara. Tak menyangka jika YD yang tes tertulis pada posisi ranking pertama
mempunyai kebiasaan tidak memasukkan baju. Jadi pikir personalia tadi, YD
memasukkan baju hanya terpaksa karena mengikuti tes wawancara saja.
Pengumuman
diterima atau tidak diterima tiga hari setelah tes wawancara. Di hari yang
telah ditentukan, ternyata YD tidak diterima kerja di perusahaan besar yang
selama ini sudah ia incar sejak SMA. Saat itu pula YD protes. Awalnya YD
memasukkan baju, namun karena tidak diterima maka baju yang dimasukkan rapi
dikerluarkan. YD berpikir bahwa memasukkan baju atau tidak tak akan berpengaruh
pada penerimaan kerja. Buktinya, pada saat wawancara ia memasukan baju dan bisa
menjawab dengan lancar semua pertanyaan juga tidak diterima.
YD langsung
protes menemui personalia yang ada di lantai dua. YD mempertanyakan kenapa ia
yang ranking pertama pada saat tes tertulis tidak diterima dan yang ranking 20
justru diterima. YD juga protes pada saat tes wawancara ia bisa menjawab
pertanyaan dengan lancar kenapa tidak diterima.
Dengan
santainya personalia menjawab protes YD. “Anda memang cerdas, ini dibuktikan
dari 600 lebih pelamar, tes tertulis Anda ranking pertama. Namun, apakah Anda
sadar jika ada keterpaksaan pada diri Anda? Anda sepertinya sangat terpaksa
untuk memasukkan baju. Pada saat Anda wawancara Anda memasukkan baju dengan
rapi. Anda juga bisa menjawab semua pertanyaan saya dengan lancar. Awalnya saya
tertarik kepada Anda supaya bergabung di perusahaan kami. Namun, begitu saya
melihat Anda di tempat parkir mengeluarkan baju, saya langsung mencoret nama
Anda.”
YD terdiam
dan tidak bisa membantah personalia. Kemudian personalia melanjutkan ucapannya.
“Tahukah Anda, jika Anda kami terima bergabung di perusahaan kami, mungkin Anda
hanya mematuhi peraturan pada saat pimpinan bersama Anda saja, pada saat
pimpinan tidak ada, Anda bekerja seenaknya. Ini bisa tercermin dari cara Anda
yang selalu mengeluarkan baju. Saat Anda protes ke sini juga tidak memasukkan
baju, bukan? Kami tidak hanya mencari karyawan yang pandai saja, namun juga
yang berkomitmen dan bekerja sungguh-sungguh serta yang mempunyai perilaku
sopan.”
Akhirnya YD
keluar ruangan dengan sangat kecewa. Ternyata tidak kali ini saja YD tidak
diterima kerja karena sombong dan tidak memasukkan baju. Beberapa tes tertulis
lulus, namun pada saat tes wawancara gagal.
Dari kisah di
atas, bisa dijadikan referensi bagi siswa tentang pentingnya memasukkan baju
seragam. Bagi Anda yang ingin mencari kerja, Anda harus berhati-hati dalam
berpakaian. Kebiasaan seperti YD yang tidak memasukkan baju bisa berujung tidak
diterima kerja. Orang yang bekerja di personalia biasanya lulusan sarjana
bahkan magister psikologi, jadi mengetahui tentang kepribadian seseorang dari
berbagai hal, termasuk dalam berpakaian.