Jumat, 26 Oktober 2018

KISAH TIDAK DITERIMA KERJA KARENA KEBIASAAN MENGELUARKAN BAJU
By Cauchy Murtopo on 9 April 2015
@https://cauchymurtopo.wordpress.com/2015/04/09/seberapa-pentingkah-siswa-harus-memasukkan-baju/

Kisah ini semoga menjadi pembelajaran bagi guru maupun siswa betapa pentingnya siswa harus memasukkan baju seragamnya. Kisah ini dari teman yang pandai, namun salah satu kebiasaan buruknya sejak SMP tidak memasukkan baju seragam. Sebut saja YD, YD hanya memasukkan baju jika sangat terpaksa, misal pada saat upaca bendera. Jika sudah selesai upacara bendera baju dikeluarkan lagi. Di dalam kelas baju juga selalu dikeluarkan. Sampai mahasiswa YD juga tak pernah memasukkan bajunya.

YD sebenarnya siswa yang sangat beruntung bisa masuk ke sebuah universitas terkenal di salah satu kota di Jawa. YD juga termasuk mahasiswa yang lulus dengan IPK yang bagus, di atas 3 dengan waktu studi yang kurang dari 4 tahun.

Suatu saat YD melamar ke sebuah perusahaan terkenal yang sejak sekolah ia incar untuk bekerja di situ. Saking penginnya kerja di perusahaan tersebut, YD rela membeli beberapa pedoman tes supaya ia diterima kerja. Buku tentang psikotes dan pedoman wawancara adalah buku yang ia beli. Untuk masalah tes bidang teknik sudah tidak diragukan lagi.

YD melamar beserta sekitar 600 orang lain yang menginginkan posisis di 5 bagian penting di perusahaan tersebut. Dari posisi tersebut yang dibutuhkan adalah lulusan teknik, MIPA, ekonomi, dan statistik. YD sangat yakin jika dirinya bakal diterima. Untuk itu ia mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.

Dari seleksi administrasi YD lolos. Untuk tes tertulis, YD masuk pada peringkat pertama dari 20. Ini artinya kemampuan koknitif YD sangat bagus. Pada saat tes tertulis, YD tidak memasukkan bajunya. Baginya ini bukan saat yang menentukan diterima atau tidak diterima, jadi YD cuek saja.

Pada tes tertulis diambil 20 orang saja untuk mengikuti tes wawancara. Tes wawancara ditentukan tiga hari kemudian setelah pengumuman tes tertulis. YD mempersiapkan dengan membaca-baca buku tentang pedoman wawancara kerja.

Pada hari yang ditentukan, YD dipanggil untuk mengikuti tes wawancara. YD mendapat giliran pertama sesuai dengan ranking tes tertulis pada posisi ranking satu. Pada saat wawancara YD bisa menjawab semua pertanyaan dengan lancar. Pada saat tes wawancara YD memasukkan bajunya. Tes wawancara sekitar 15 menit berada di lantai dua. Selesai wawancara YD langsung mengeluarkan bajunya dan menuju parkir motor yang ada di samping gedung tempat YD wawancara tadi.

Pada saat YD berada di tempat parkir alangkah terkejutnya personalia yang baru saja mewawancarai YD. Personalia melihat dari kaca jendela lantai dua tempat tes wawancara. Tak menyangka jika YD yang tes tertulis pada posisi ranking pertama mempunyai kebiasaan tidak memasukkan baju. Jadi pikir personalia tadi, YD memasukkan baju hanya terpaksa karena mengikuti tes wawancara saja.

Pengumuman diterima atau tidak diterima tiga hari setelah tes wawancara. Di hari yang telah ditentukan, ternyata YD tidak diterima kerja di perusahaan besar yang selama ini sudah ia incar sejak SMA. Saat itu pula YD protes. Awalnya YD memasukkan baju, namun karena tidak diterima maka baju yang dimasukkan rapi dikerluarkan. YD berpikir bahwa memasukkan baju atau tidak tak akan berpengaruh pada penerimaan kerja. Buktinya, pada saat wawancara ia memasukan baju dan bisa menjawab dengan lancar semua pertanyaan juga tidak diterima.

YD langsung protes menemui personalia yang ada di lantai dua. YD mempertanyakan kenapa ia yang ranking pertama pada saat tes tertulis tidak diterima dan yang ranking 20 justru diterima. YD juga protes pada saat tes wawancara ia bisa menjawab pertanyaan dengan lancar kenapa tidak diterima.

Dengan santainya personalia menjawab protes YD. “Anda memang cerdas, ini dibuktikan dari 600 lebih pelamar, tes tertulis Anda ranking pertama. Namun, apakah Anda sadar jika ada keterpaksaan pada diri Anda? Anda sepertinya sangat terpaksa untuk memasukkan baju. Pada saat Anda wawancara Anda memasukkan baju dengan rapi. Anda juga bisa menjawab semua pertanyaan saya dengan lancar. Awalnya saya tertarik kepada Anda supaya bergabung di perusahaan kami. Namun, begitu saya melihat Anda di tempat parkir mengeluarkan baju, saya langsung mencoret nama Anda.”

YD terdiam dan tidak bisa membantah personalia. Kemudian personalia melanjutkan ucapannya. “Tahukah Anda, jika Anda kami terima bergabung di perusahaan kami, mungkin Anda hanya mematuhi peraturan pada saat pimpinan bersama Anda saja, pada saat pimpinan tidak ada, Anda bekerja seenaknya. Ini bisa tercermin dari cara Anda yang selalu mengeluarkan baju. Saat Anda protes ke sini juga tidak memasukkan baju, bukan? Kami tidak hanya mencari karyawan yang pandai saja, namun juga yang berkomitmen dan bekerja sungguh-sungguh serta yang mempunyai perilaku sopan.”

Akhirnya YD keluar ruangan dengan sangat kecewa. Ternyata tidak kali ini saja YD tidak diterima kerja karena sombong dan tidak memasukkan baju. Beberapa tes tertulis lulus, namun pada saat tes wawancara gagal.

Dari kisah di atas, bisa dijadikan referensi bagi siswa tentang pentingnya memasukkan baju seragam. Bagi Anda yang ingin mencari kerja, Anda harus berhati-hati dalam berpakaian. Kebiasaan seperti YD yang tidak memasukkan baju bisa berujung tidak diterima kerja. Orang yang bekerja di personalia biasanya lulusan sarjana bahkan magister psikologi, jadi mengetahui tentang kepribadian seseorang dari berbagai hal, termasuk dalam berpakaian.

Bagi Anda sebagai guru, Anda bisa menceritakan kisah di atas kepada siswa-siswi Anda, terutama bagi yang sering mengeluarkan baju pada saat di sekolah. Salah satu harga diri seseorang adalah dilihat dari pakaian yang ia kenakan. Bukan pakaian yang mahal yang harga dirinya tinggi, namun orang tersebut bisa berpakaian sesuai dengan situasi dan kondisi. Pakaian yang murah jika bisa memakainya sesuai dengan aturan yang benar, maka akan membuat pemakainya mempunyai harga diri yang tinggi dan bisa membawa keberuntungan.

0 komentar:

Posting Komentar